loading...

Thursday, March 19, 2020

Sejarah Industri Pulp dan Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.

Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.

Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa wangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi Dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.

Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Bagdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India, lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.

Pada tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis Robert menemukan proses untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire screen yang bergerak, dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenal sebagai mesin Fourdrinier. Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson di tahun 1809 telah menyebabkan meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas tipis. Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.

Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang. Tahun 1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp dari kayu, tapi kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Sekitar tahun 1853-1854, Charles Watt dan Hugh Burgess mengembangkan pembuatan kertas dengan menggunakan proses soda. Tahun 1857, seorang kimiawan dari Amerika bernama Benjamin Chew Tilghman mendapatkan British Patent untuk proses sulfit. Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit ini bagus dan siap diputihkan. Proses kraft dihasilkan dari eksperimen dasar oleh Carl Dahl pada tahun 1884 di Danzig. Proses ini biasa disebut proses sulfat, karena Na2SO4 digunakan sebagai make-up kimia untuk sisa larutan pemasak

Tuesday, March 17, 2020

Tantangan seorang Manager

Hampir dipastikan bahwa manager suatu department/divisi dipromosikan dari seorang engineer. Padahal yang diharapkan bukan saja keahlian technicalnya saja tetapi juga harus bisa menjadi pembimbing, trainer, mentor maupun sebagai fasilitator

Seorang Manager butuh mengelola bukan saja “apa” yang dilakukan timnya tetapi ‘bagaimana’ processnya tim tersebut bekerja.

Ada 4 keahlian (skill) yang harus dimiliki seorang manager untuk menghasilkan performance yang baik yaitu: Technical, managerial, leadership, dan process :

Tecnical skill adalah keahlian yang diperoleh dari pengalaman maupun di sekolah
- Managerial skill adalah semua yang berkenan dengan administratif yaitu bagaimana mengelola waktu yang baik, mengelola orang, preventive management, kebersihan, lingkungan, dll
- Leadership skill merupakan inti dari kebutuhan interpersonal untuk memotivasi dan bekerja melaui orang lain. Dibutuhkan bakat atau kecerdasan untuk coaching, teaching maupun mentoring.
- Process skill adalah menjadikan kita sebagai process owner dari unit yang kita pimpin. Sebagai seorang process owner, manager (PIC) harus memastikan karyawan tidak hanya mempunyai keahlian tehnikal saja tetapi harus juga menggunakan proses yang sistematis dalam menggunakan keahlian mereka.

Pekerjaan Yang Bernilai Tambah (Value- added Work)
Kita sering menghabiskan waktu dan melakukan pekerjaan untuk hal-hal yang tidak punya nilai tambah atau pekerjaan yang tidak perlu. Tugas seorang manager adalah untuk mencari cara untuk meningkatkan kontribusi dari semua yang terlibat didalam team.

Berikut adalah kategori pekerjaan yang sering kita lakukan:

- Pekerjaan yang berulang (Rework): Memperbaiki kesalahan, mendesign/merencanakan ulang, memperbaiki kerusakan
- Pekerjaan yang tidak diperlukan: Meeting , report yang tidak ada yang baca
- Yang tidak bernilai tambah tapi perlu: Report, dinas, training
- Yang diperlukan dan bernilai tambah: Melakukan sesuatu yang benar pada waktu yang tepat, melakukan dengan segera pada kesempatan pertama.

Tantangan seorang Manager
Banyak perusahaan membandingkan bahwa kemampuan teknikal yang sangat bagus akan juga punya kemampuan managerial yang bagus pula. Hanya karena seseorang pintar dari segi teknikal, tidak menjamin orang tersebut menjadi seorang manager yang efektif. Sebaliknya kemampuan/keahlian yang dimiliki bisa jadi memudahkan seseorang untuk menjadi manager yang baik. Berikut adalah tantangan yang harus dihadapi untuk menjadi seorang manger yang efektif:

1. Menentukan tujuan dan menetapkan prioritas (setting goal and establishing priorities). Seorang pimpinan diharuskan merubah peran sebelumnya ketika sebagai seorang engineer menjadi seorang manager dalam hal cara berpikir untuk menetapkan tujuan dan prioritas. Namun demikian, peran seorang pemimpin juga membutuhkan bakat ataupun kecerdasan dari dalam diri sendiri serta keahlian dalam menetapkan tujuan secara jelas sehingga realistis, terukur dan berarti (meaningful). Penentuan prioritas harus mempertimbangkan kriteria: keterdesakan, keseriusan, dampak kedepan yang dihadapi oleh team.

2. Gaya mengelola dan memotivasi (management and motivational style). Kemampuan teknikal bukan lagi merupakan faktor utama untuk mencapai kesuksesan sebagai manager. Kemampuan teknikal yang bagus, hanya merupakan suatu pengakuan bahwa anda seorang yang berpotensi menjadi manager yang baik. Sebagai seorang manager, prilaku menjadi lebih penting. Cara mengelola pekerjaan melaui orang lain maupun cara memotivasi orang lain merupan peran yang lebih signifikan untuk mencapai hasil kerja yang lebih bagus daripada kemampuan teknikal saja.

3. Data Baru (New Data). Data yang ada/diperoleh untuk acuan menganalisa menjadi agak berbeda bahkan jauh dari apa yang diharapkan jika dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya saat masih seorang engineer. Data akan bersumber dari area yang tidak jelas. Informasi ataupun masukan yang diproses datang dari segala arah baik yang nyata maupun tidak nyata, objektif ataupun subjektif. Dalam hal ini tidak masalah sebaik apa  seorang manager menganalisa/mengolah informasi tersebut, yang penting manager harus dapat memilah mana data yang akurat dan faktual. 

4. Menumbuhkan rasa keterdesakan (A new sense of urgency). Sebagai seorang pemimpin, manager diharapkan untuk mendapatkan hasil sekarang juga. Time is money. Jadi manager harus menyelesaikan masalah dengan segera. Seorang managwer harus menjadi orang yang pertama. Manager harus menbuat keputusan pada saat itu dengan situasi pada saat itu hanya sedikit atau bahkan tidak jelas datanya.

5. Masalah Orang (people problems). Orang adalah merupakan kunci utama dalam team (seksi). Butuh keahlian untuk mengelola dalam mengoptimumkan kinerja mereka. Sama seperti peralatan atau mesin, hasil kerja para karyawan/bawahan bisa berobah-obah dengan berbagai alasan. Manager butuh keahlian baru untuk mengatasi masalah kinerja tersebut. Hal ini merupakan yang tersulit menyelesaikannya karena data atau masukan sering datang berdasarkan opini ataupun fakta dari hasil pengamatan yang tidak perlu/cocok.

6. Hanya satu jawaban yang benar tidak berlaku lagi (No longer just one right answer). Sebagai seorang yang berlatar belakang engineer kita sudah punya pengalaman maupun training untuk menyelesaikan masalah dengan benar dan pasti. Seorang manager butuh pengetahuan atas beberapa jawaban ataupun opini yang “benar”. Tantangannya adalah bagaimana memilih opini yang terbaik sesuai keadaan. Sebagai seorang engineer, sering kali kita menganalisa suatu masalah sampai 100% tuntas. Padahal pendekatan secara managerial hanya butuh  setengah saja sudah cukup untuk mengambil tindakan. Jebakan umum bagi seorang engineer yang menjadi manajer adalah selalu terperangkap dalam kesalahan menganalisa yaitu selalu mencari ”satu” jawaban yang benar sehingga membuang waktu yang nilainya lebih besar yang seharusnya jawaban tersebut sudah lebih dari cukup.

7. Delegasi atau bekerja melalui orang lain (Delegation or working through other). Peran sebagai seorang manager adalah bagaimana mencapai atau mendapatkan tujuan dengan atau orang lain. Ada tiga sumber daya yang harus dikelola secara bersama-sama disetiap unit: Manusia, Uang (production, cost, quality), dan waktu. Prestasi seorang manager adalah sebatas prestasi team atau unit dibawah manajer saja. Manager yang baik bukan hanya “ apa yang harus dikerjakan team saya untuk saya” tapi juga “ apa yang harus saya buat untuk team saya untuk membantu kinerja mereka menjadi lebih baik”.

8. Mengelola tugas ganda dan penggunaan waktu yang bijaksana (Juggling multiple tasks and using time wisely). Sebagai seorang manager, harus mampu untuk menangani pekerjaan yang berbeda-beda sekaligus. Untuk menangani tugas yang berbeda-beda tersebut secara efektif, hal pertama yang dibutuhkan adalah bagaimana mengidentifikasi dan membuat skala prioritas. Manager harus memastikan team bekerja dengan benar dan waktu yang tepat. Penggunaan waktu menjadi sangat berbeda ketika menjadi seorang engineer. Seorang manager akan lebih banyak menghabiskan waktu dalam prerencanaan, menganalisa/ evaluasi progress kerja team, serta pekerjaan administratif lainnya. Dalam hal ini manager diharapkan menangani lebih cermat dan seksama karena managerlah yang bertanggung jawab.

9. Process lawan Isi (Process versus content). Salah satu kesalahan terbesar dari seorang manager yang berasal dari engineer apalagi masih baru adalah ketidak mampuan memahami perbedaan antara proses dan isi dari segi lingkup pekerjaanya. Seorang manager yang berasal dari engineer akan mengandalkan atau mempercayai pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini akan membawa manager tsb fokus ke apa yang dikerjakan dari pada bagaimana cara untuk mengerjakannya. Sebagai contoh: seorang manager yang berasal dari engineer selalu lebih mempercayai cara ataupun rancangan yang dibuatnya untuk dilaksanakan dan lupa mempertimbangkan bagaimana rancangan/cara tersebut mungkin bisa lebih bagus jika dikerjakan oleh teamnya

Wednesday, March 11, 2020

Inovasi sebagai upaya dalam mendorong kekuatan bisnis


Dear Pembaca,

Kita sebagai manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang inovatif karena dikaruniai akal dan pikiran oleh Tuhan YME. Akal dan pikiran ini lah yang membedakan kita dengan makhluk lainnya. Inovasi sejatinya terbentuk karena proses berpikir manusia dalam hal memenuhi kebutuhan atau mempermudah aktifitas manusia itu sendiri.

Misalnya seperti yang kita pelajari di pelajaran sejarah, pada zaman dahulu manusia tinggal di dalam gua untuk berteduh dan berlindung dari binatang buas. Kemudian mereka mulai menemukan cara membuat tempat tinggal dari kayu/ranting pohon, kemudian berlanjut waktu manusia mulai membuat rumah dari batu-batu yang disusun, terus kemudian mulai menemukan semen, logam/besi hingga saat sekarang ini sebagaimana kita saksikan teknik, seni dan arsitektur tempat tinggal manusia yang menakjubkan serta memanjakan mata yang melihat. Begitulah inovasi dari waktu ke waktu terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia yang tidak ada habisnya.


Berikut contoh lain inovasi dalam bidang alat komunikasi jarak jauh dari masa ke masa:
































Dari ilustrasi di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa manusia cendrung menggunakan teknologi dan inovasi yang lebih mudah dan biaya yang lebih murah sehingga produk keluaran yang lama ditinggalkan dan tidak laku lagi dipasaran. Hal ini tentu sangat berpengaruh bagi perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis tersebut. Jika mereka tidak mampu beradaptasi dan mengikuti apa yang diinginkan konsumen seiiring berjalannya waktu perusahaan tersebut akan collapse/bangkrut. Hal ini tentu tidak diinginkan oleh perusahaan atau anda yang memiliki bisnis sendiri. 

Oleh karena itu, tidak heran mengapa setiap perusahaan selalu melakukan research terhadap pola permintaan konsumen yang semakin ketat dan melakukan inovasi terhadap produk mereka. Hal ini dilakukan tidak lain dan tidak bukan untuk mempertahankan kelangsungan bisnis yang mereka jalankan.

Satu-satunya jalan adalah berhenti menerapkan inovasi sebagai kegiatan sesaat. Inovasi harus dilakukan secara terus menerus, sebagai proses yang tidak pernah berhenti. Sekali kita berhenti melakukan inovasi, seseorang atau suatu perusahaan akan dapat mengejar dan melampaui apa yang telah kita capai sebelumnya.

Lalu apa yang harus dan mesti kita lakukan ??

Untuk menjawabnya kita harus memahami konsep dasar inovasi. Terdapat 3 level atau tingkatan dari inovasi :

Level 1 -   Inovasi sebagai suatu event
Kebanyakan perusahaan menerapkan inovasi pada level ini. Ciri dari penerapannya dalam level ini adalah dengan mengadakan sesi brainstorming untuk menghasilkan ide-ide baru. Jika ide yang dihasilkan cukup bagus, mungkin bisa diterapkan untuk menambah nilai bagi perusahaan/organisasi. Bagaimanapun juga, dibutuhkan effort kerja yang cukup besar untuk mendapatkan ide yang tepat yang harus dilaksanakan sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan.

Level 2 - Inovasi sebagai  suatu capability
Satu tingkat lebih tinggi dimana perusahaan telah berusaha melakukan mapping pada setiap streamline proses bisnis dimana agar dapat memudahkan dalam mengidentifikasi masalah, menemukan ide dan mengevaluasi solusi serta mengembangkan rencana perbaikan dari solusi-solusi tersebut. Hasilnya adalah inovasi dilakukan perusahaan pada saat telah dihadapkan pada issue-issue atau masalah atau peluang yang ada bagi kemajuan perusahaan.

Level 3 - Inovasi sebagai sebuah system
Ini merupakan ultimate level dimana perusahaan telah menciptakan sebuah lingkungan kerja yang inovasi tertanam dalam semua yang Anda lakukan. Dengan demikian, orang berinovasi untuk urusan tidak hanya dengan"Masalah atau tantangan" yang disajikan kepada mereka, tetapi juga pada semua semua aspek yang mereka lakukan. Lingkungan kerja seperti inilah yang akan membuat kegiatan inovasi di perusahaan akan dilakukan secara terus menerus.

Agar inovasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan maka penerapannya tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Butuh biaya dan usaha yang besar untuk melakukan suatu inovasi serta membangun system atau lingkungan kerja yang beroientasi pada perbaikan yang berkelanjutan. Sehingga, butuh perencanaan dan strategi yang baik agar  inovasi bisa dilakukan dengan efektif dan efisien.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan inovasi dalam suatu perusahaan atau organisasi :

1.            Process - Challenge for driven innovation
2.            Strategy - Innovation Strategy and Customers
3.            Measure - Innovation Measurement and motivation  
4.            People - Organization, Leadership Culture
5.            Creativity – Techniques for stimulating creative thinking

Untuk penjabarannya akan admin bagikan pada content selanjutnya. Thank you.

Tuesday, March 10, 2020

5 Minutes for Safety - Pentingnya Safety dalam Bekerja



Hallo Braders/Sisters, 

Pembahasan kali ini yang saya angkat adalah mengenai bagaimana pentingnya budaya kerja yang aman di lingkungan kerja.. 


Bagi anda yang pernah bekerja di perusahaan atau sebagian mungkin sudah dipelajari di perkuliahan, mungkin sudah tahu bahwa pentingnya menerapkan budaya kerja yang aman alias safety pada saat bekerja. 


Beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan atau organisasi mulai menyadari pentingnya penerapan budaya kerja aman yang nantinya akan dapat menunjang kegiatan operasional perusahaan atau organisasi tersebut. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menimbulkan kerugian yang besar baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan atau pekerja itu sendiri. 


1. Bagi Perusahaan 

Kegiatan produksi dan operasional bisa terganggu atau terhenti dalam jangka waktu tertentu. Hal ini membuat perusahaan dapat merugi karena perusahaan kehilangan produksi sementara biaya operasional tetap berjalan seperti biaya fixed cost atau biaya tetap. Selain itu, jika kecelakaan kerja menimbulkan kerusakan terhadap equipment/mesin tentu akan menimbulkan biaya yang besar untuk penggantian atau perbaikan terhadap perusahaan tersebut. Belum lagi biaya asuransi pengobatan terhadap karyawan yang menderita luka-luka, cidera dan biaya santunan terhadap keluarga jika karyawan meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Tidak heran jika banyak perusahaan besar peduli hingga mengeluarkan investasi yang besar untuk terciptanya budaya kerja yang safety di lingkungan kerja perusahaan tersebut. 


 2. Bagi karyawan 


Kerugian yang dialami karyawan secara langsung adalah mengalami cidera seumur hidup seperti patah tulang dan lain-lain. Dan paling besar adalah meninggal dunia. Sedangkan secara tidak langsung, akan menyebabkan moral dan motivasi kerja menurun. Tentu hal ini sama-sama tidak kita inginkan. Oleh karena itu, sebagai pekerja kita juga harus berperan serta dalam menerapkan budaya kerja yang aman dilingkungan kerja kita. 


Sebenarnya Pada abad-19 dan awal abad ke-20, para praktisi dibidang safety dan inspektorat pabrik telah mengemukakan pandangan terhadap kegiatan preventif kecelakaan kerja seperti melakukan pemasangan safety guard pada mesin, housekeeping dan hazard identification. Namun, kecelakaan kerja yang tercatat terus meningkat. Hal ini memaksa mereka untuk menguji kembali apakah kecelakaan tersebut disebabkan karena situasi lingkungan kerja (work environment) atau karakteristik kerja individu karyawan (personal factor). Hal ini menjadi perdebatan dikalangan praktisi keselamatan kerja sehingga terbentuknya teori-teori dari para ahli tentang penyebab terjadinya kecelakaan kerja atau disebut dengan Accident Causation Model.


Powered by Blogger.