loading...

Wednesday, November 2, 2011

Sejarah dan Sistem Produksi Toyota

Toyota...?? Anda pernah mendengar kata-kata Toyota?? Siapa yang tidak tau dengan produk yang satu ini. Ya, toyota merupakan salah satu perusahaan otomotif terbesar dan terkemuka pada saat ini. Apalagi di Indonesia, toyota telah menjual produknya mulai dari januari hingga oktober 2011sebanyak 270.921 unit produk. Kemanapun anda memandang anda pasti akan melihat produk pabrikan toyota. Atau bahkan di rumah anda telah terparkir salah satu produk dari toyota ini. 

Telah banyak jenis produk yang diluncurkan oleh Toyota mulai dari kijang doyok hingga kijang innova dan masih banyak lagi produk otomotif yang diluncurkan pabrikan ini. Nah, sekarang anda telah mengetahui sedikit tentang Toyota, produk toyota bahkan munkin anda telah pernah mengendarai produk Toyota. Tapi, apakah anda tahu bagaimana sejarah berdirinya Toyota, bagaimana Toyota berkembang hingga saat sekarang ini. Berikut ini anda akan diberikan sedikit pengetahuan tentang bagaimana sejarah berdirinya Toyota dan bagaimana toyota menerapkan sistem produksinya hingga menjadi perusahaan yang disegani oleh perusahaan-perusahaan industri otomotif lainnya.

SEJARAH UMUM PERUSAHAAN
Toyota Motor Corporation didirikan pada September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyota. Divisi mobil perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini. Berangkat dari industri tekstil, Toyota menancapkan diri sebagai salah satu pabrikan otomotif yang cukup terkemuka di seluruh dunia. Merek yang memproduksi 1 mobil tiap 6 detik ini ternyata menggunakan penamaan Toyota lebih karena penyebutannya lebih enak daripada memakai nama keluarga pendirinya, Toyoda. Inilah beberapa tonggak menarik perjalanan Toyota.

Toyota merupakan pabrikan mobil terbesar ketiga di dunia dalam unit sales dan net sales. Pabrikan terbesar di Jepang ini menghasilkan 5,5 juta unit mobil di seluruh dunia. Jika dihitung, angka ini ekuivalen dengan memproduksi 1 unit mobil dalam 6 detik. Toyota sendiri didirikan oleh Sakichi Toyoda, yang berawal dari sebuah industri tekstil (Marimutu Sinivasan, pendiri Texmaco, usahawan besar tekstil di Indonesia, berusaha menirunya dengan mengembangkan sektor otomotif bermerek PERKASA).

Dibandingkan dengan industri-industri otomotif lain yang menggunakan nama pendirinya sebagai merek dagang seperti Honda yang didirikan oleh Soichiro Honda, Daimler-Benz (Gottlieb Daimler dan Karl Benz), Ford (Henry Ford), nama Toyoda tidaklah dipakai sebagai merek. Karena berangkat dari pemikiran sederhana dan visi waktu itu, penyebutan Toyoda kurang enak didengar dan tidak akrab dikenal sehingga diplesetkan menjadi Toyota. Sakichi Toyoda lahir pada bulan Februari 1867 di Shizuoka, Jepang. Pria ini dikenal sebagai penemu sejak berusia belasan tahun. Toyoda mengabdikan hidupnya mempelajari dan mengembangkan perakitan tekstil. Dalam usia 30 tahun Toyoda menyelesaikan mesin tenun. Ini kemudian mengantarnya mendirikan cikal bakal perakitan Toyota, yakni Toyoda Automatic Loom Works, Ltd. pada November 1926.

Di sini hak paten mesin tekstil otomatisnya kemudian dijual kepada Platt Brothers & Co, Ltd. dari Inggris, Britania Raya. Hasil penjualan paten ini, dijadikan modal pengembangan divisi otomotif. Mulai tahun 1933, ketika Toyoda membangun divisi otomotif, tim yang kemudian banyak dikendalikan oleh anaknya Kiichiro Toyoda, tiada henti menghasilkan inovasi-inovasi terdepan di zamannya. Mesin Tipe A berhasil dirampungkan pada 1934. Setahun kemudian mesin ini dicangkokkan prototipe pertama mobil penumpang mereka, A1. Divisi otomotif Toyoda juga menghasilkan truk model G1. Di tahun 1936 mereka meluncurkan mobil penumpang pertama mereka, Toyoda AA (kala itu masih menggunakan nama Toyoda). Model ini dikembangkan dari prototipe model A1 dan dilengkapi bodi dan mesin A. Kendaraan ini dari awal diharapkan menjadi mobil rakyat. Konsep produk yang terus dipegang Toyota hingga sekarang.

Lalu bagaimana sistem produksi yang diterapkan oleh perusahaan Toyota hingga dapat bersaing dengan perusahaan otomotif besar pada saat itu? Berikut sedikit ulasannya..

SISTEM PRODUKSI TOYOTA
Sistem produksi Toyota dikenal dengan sistem produksi Just In Time (JIT). Just in Time (JIT) atau Toyota Production System atau Lean Manufacturing merupakan sistem produksi yang menekankan pada suatu filosofi continuous improvement yang dilakukan dengan cara mengeliminasi atau mengurangi waste di semua aspek yang berkaitan dengan aliran produk dari supplier sampai ke tangan customer, sehingga didapatkan metode yang paling efisien. Hasil yang ingin dicapai adalah suatu sistem yang ramping (lean) dan smooth, sehingga dapat meningkatkan output dan produktivitas. Produksi dilakukan pada jumlah yang tepat dan pada saat yang tepat ketika dibutuhkan, maka dengan cara inilah berbagai macam waste dapat dikurangi bahkan dieliminasi. Problem solving dan improvement dilakukan dari hal-hal yang kecil, tetapi dilakukan secara bertahap dan terus-menerus. Inilah yang dimaksud dengan filosofi continuous improvement. Hal ini berbeda dengan budaya Barat yang menekankan pada perubahan dan perbaikan yang sifatnya radikal. JIT berusaha melibatkan seluruh karyawan untuk berpartisipasi dalam continuous improvement, sehingga karyawan tidak hanya dipakai kemampuan fisik tubuhnya saja, melainkan kemampuan berpikirnya juga diasah. Keberhasilan JIT terletak pada perubahan pola pikir dan sikap kerja seluruh karyawan untuk melakukan upaya continuous improvement.

Konsep dari Sistem Produksi Just In Time adalah menghilangkan segala waste yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan nilai tambah serta melakukan continous improvement. Sumber pemborosan yang diidentifikasi oleh Toyota dan pertama kalidikenalkan oleh Taiichi Ohno, yang dikenal dengan Tujuh Pemborosan Toyota (Toyota’s Seven Wastes) , yaitu :
1. Pemborosan dari memproduksi cacat (producing defects)
2.Pemborosan dalam transportasi dan penanganan bahan (transportation and material handling)
3. Pemborosan dari persediaan (inventory)
4. Pemborosan dari kelebihan produksi (overproduction)
5. Pemborosan dari waktu menunggu (waiting time)
6. Pemborosan dalam proses (processing)
7. Pemborosan gerakan (motion)

Prof. Yasuhiro Monden, Ph.D, dengan berdasarkan penelitianpenelitian yang telah dilakukannya ketika mengunjungi pabrik-pabrik Toyota di Jepang, Amerika, dan Eropa, merumuskan 4 pemborosan dalam proses manufakturing, yaitu :
1. Sumber daya produksi terlalu banyak
2. Produksi berlebihan
3. Persediaan terlalu banyak
4. Investasi modal yang tidak perlu

Pemborosan utama di manufakturing adalah adanya sumberdaya produksi yang terlalu banyak, yaitu tenaga kerja yang terlalu banyak, fasilitas yang terlalu banyak, dan persediaan bahan baku yang terlalu banyak. Apabila unsur-unsur ini terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang diperlukan, baik orang, perlengkapan, bahan ataupun produk, mereka hanya akan menambah biaya dan tidak menambah nilai produk yang dihasilkan. Tenaga kerja yang banyak mengakibatkan biaya personalia berlebihan, fasilitas yang banyak mengakibatkan biaya penyusutan berlebihan. Sumber daya produksi yang terlalu banyak akan menciptakan produksi berlebihan, yang dipandang sebagi “pemborosan terburuk” di Toyota, karena pekerja akan terus melanjutkan pekerjaan pada saat proses produksi seharusnya dihentikan. Pemborosan ini akan menyebabkan terciptanya kondisi persediaan WIP atau produk jadi akan terlalu banyak pula.


Kunci keberhasilan Toyota menjadi perusahaan otomotif yang disegani oleh perusahaan lain dikenal dengan Toyota Way Toyota way dibentuk oleh du pilar utama yaitu :
Pilar pertama adalah peningkatan berkelanjutan (continuous improvement) berarti memiliki keinginan untuk terus meningkatkan bisnis melalui penciptaan ide-ide dan upaya yang terbaik untuk menghasilkan good products and services quality. Pendekatan Toyota melalui continuous improvement direpresentasikan dalam tiga nilai yaitu challenge (tantangan) artinya membuat suatu keputusan manajemen dalam berbisnis berdasarkan filosofi jangka panjang; kaizen, pembelajaran organisasi secara terus menerus dengan melihat masa depan; dan genchi genbutsu, melihat realita yang ada di depan mata agar lebih memahami situasi dengan benar.

Pilar kedua, adalah respect for people” (rasa hormat terhadap orang lain) yang menekankan bahwa memiliki respect kepada sesama merupakan hal penting  dalam bisnis karena kesuksesan dari sebuah bisnis diciptakan dari usaha individu dan teamwork yang baik. Respect for people menumbuhkan dua nilai yaitu respect dan teamwork.

Dalam pemaparan tentang Toyota Way beliau pun menjelaskan 4P model Toyota Way yang menjadi dasar dari Toyota Production System (TPS) yang dipraktikkan di pabrik-pabrik Toyota di seluruh dunia, yaitu Philosopy, Process, People/Partners dan Problem Solving.

Dengan Toyota Way berarti perusahaan akan mampu menata/mengatur bagaimana pekerjaan menjadi efisien sehingga menciptakan corporate excellence. Hal ini terbukti Toyota telah mampu menyalip GM sebagai produsen mobil terbesar di dunia. Adapun konsep kerja yang diterapkan PT. Toyota dalam meningkatkan proses bisnis adalah mampu menghilangkan pemborosan waktu dan sumberdaya, membangun kualitas ke dalam sistem tempat kerja, menemukan alternatif yang murah tetapi handal, menyempurnakan proses bisnis dan membangun budaya belajar untuk peningkatan berkesinambungan.

Maka dari itu, Toyota Way memperhatikan 3 (tiga) aspek yang mesti diminimalisasi dalam perusahaan terutama pada level operator, yaitu Muda (pemborosan), Mura (tidak teratur) dan Muri (beban yang berlebihan/overload). Dengan demikian, Toyota Way dapat dijadikan sebagai acuan dan sebuah pelajaran, visi serta inspirasi bagi sebuah perusahaan yang ingin berhasil dalam jangka panjang.

sumber : 
1. wikipedia.org
2. scribb.com              
 

 

Tuesday, November 1, 2011

TEKNIK PENGKLASTERAN

Metoda pengklasteran (clustering) adalah teknik dalam statistik multivariat yang digunakan untuk penggabungan hasil pengamatan menjadi group atau kluster. Tujuannya adalah mengelompokkan pengamatan sedemikian rupa sehingga setiap kluster diupayakan menjadi lebih homogen terhadap variabel kluster (sharma, 1996).

Langkah-langkah dalam analisis pengklasteran secara umum adalah :
1. Memilih ukuran similaritas atau kemiripan.
2. Keputusan untuk memilih tipe teknik pengklasteran yang digunakan.
3. Tipe metoda pengklasteran yang digunakan.
4. Keputusan penentuan jumlah kluster serta interpretasi hasil pengklasteran.

Menurut Yin (2002) prosedur pengklasteran yang banyak dikenal dalam desain formasi sel manufaktur adalah single linkage clustering (SLC), complete linkage clustering (CLC), dan average linkage clustering (ALC). Masing-masing metode akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Single Linkage Clustering (SLC)
    Masukan untuk teknik SLC dapat berupa jarak (distance) atau kemiripan (similarities) antara pasangan objek. Kelompok dibentuk dari individual entity melalui penggabungan nearest neighbors, yaitu jarak terkecil atau kemiripan terbesr.

    Sebagai permulaan yang harus ditemukan adalah jarak dalam D = {Dij} dan menggabungkan objek-objek yang berhubungan misalkan U dan V untuk mendapatkan kluster (UV) dan setiap kluster W  dapat dihitung :
      D(uv)w = min (Duw, Dvw)

      Dalam hal ini kuantitas Duw dan Dvw adalah jarak-jarak antara nearest neighbors dari kluster U dan W dan kluster V dan W. Hasil dari pengklasteran dapat digambarkan secara grafik yang ditampilkan dalam bentuk dendogram atau diagram pohon.

2. Complete Linkage Clustering (CLC)
    CLC dapat dikatakan mempunyai pengertian yang sama dengan SLC namun dengan sebuah pengecualian penting yaitu setiap tahap jarak (ketidakmiripan) antara kluster ditentukan oleh jarak atau kemiripan antara dua elemen adalah yang paling jauh (most distant) CLC menjamin bahwa semua item dalam sebuah kluster adalah dalam jarak yang maksimum atau minimum kemiripan satu sama lain.

    Permulaan yang harus ditemukan adalah jarak minimum dalam D = {Dij) dan menggabungkan objek-objek yang berhubungan misalkan U dan V untuk mendapatkan klaster (UV) dan setiap klaster W dapat dihitung sebagai berikut :
     
     D(uv) = maks {Duw, Dvw}

     Dalam hal ini Duw dan Dvw adalah jarak-jarak antara anggota paling jauh dari klaster U dan W dan klaster V dan W.

3. Average Linkage Clustering (ALC)
    ALC memperlakukan jarak antara dua klaster sebagai jarak rata-rata antara semua pasangan item dimana satu anggota dari sebuah pasangan teerhadap setiap klaster.
    Masukan ALC bisa jarak atau kemiripan dan metoda dapat digunakan untuk mengelompokkan objek atau variabel. ALC bekerja dimulai dengan pencarian matriks jarak D = {Dij} untuk menemukan objek yang paling mirip, misalkan U dan V.

  




Metode Persediaan Economic Order Quantity (EOQI

Pengendalian persediaan: aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.

MENGAPA PERSEDIAAN DIKELOLA?
1.        Persediaan merupakan investasi yang membutuhkan modal besar.
2.        Mempengaruhi pelayanan ke pelanggan.
Mempunyai pengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan.



JENIS PERSEDIAAN
1.    Persediaan barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar (independent demand inventory)
      2. Persediaan barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh tuntutan proses produksi dan    bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).



TUJUAN PERSEDIAAN
1.   Menghilangkan pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock)
2.   Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
      3.Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.



HAL-HAL YANG DIPERTIMBANGKAN
1.   Struktur biaya persediaan.
a.    Biaya per unit (item cost)
b.   Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
-        Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
-        Biaya pengiriman pemesanan
-        Biaya transportasi
-        Biaya penerimaan (Receiving cost)
                  - Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.

a.    Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
-        Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).
-        Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
b.   Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
c.    Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
2.   Penentuan berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.

METODA MANAJEMEN PERSEDIAAN
A.   METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
B.    METODA SISTEM PEMERIKSAAN TERUS MENERUS (CONTINUOUS REVIEW SYSTEM)
C.    METODA SISTEM PEMERIKSAAN PERIODIK (PERIODIC REVIEW SYSTEM)
D.   METODA HYBRID
E.    METODA ABC

METODA EOQ
ASUMSI:
1.   Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.
2.   Waktu antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time) harus tetap.
3.   Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.
4.   Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan dating pada waktu yang bersamaan dan tetap dalam bentuk paket.
5.   Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah volume yang besar.
6.   Besar carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah persediaan.
7.   Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan dan tidak tergantung pada jumlah item pada setiap lot.
             8. Item adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:
D: Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.
S: Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan
C: Biaya per unit dalam rupiah per unit
i: Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan per tahun.
Q: Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
      TC: Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun.

Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
    OC   = S (D/Q)

Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
    CC   = ic (Q/2)

Maka, total biaya persediaan:
    TC   = S (D/Q) + ic (Q/2)



               
Terjadi keseimbangan antara carrying cost dan ordering cost, maka Q dihitung dari:
Q   = Ö(2SD)/ic

CONTOH KASUS 1:
Sebuah pabrik minuman memerlukan bahan bakuessen” penyedap sebesar 120 ton per tahun. Biaya pemesanan Rp. 1.500,- dan biaya penyimpanan Rp. 1.000,- per ton.
Pertanyaan:
1.   Berapa biaya pemesanan yang paling ekonomis?
      2. Berapa biaya total persediaan?






Powered by Blogger.